Artikel ini telah direview secara medis oleh
Arina Megumi Budiani, M.Psi
Infertilitas adalah perjalanan pribadi yang mendalam dan sering kali menyakitkan yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Meskipun tantangan fisik dari infertilitas sudah banyak didokumentasikan, dampak kesehatan mentalnya sama dalamnya, namun jarang dibicarakan. Beban emosional akibat infertilitas bisa sangat besar, memengaruhi setiap aspek kehidupan seseorang, termasuk harga diri, hubungan, dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Dampak Psikologis dari Infertilitas
Infertilitas dapat memicu beragam respons emosional, termasuk kesedihan, frustrasi, rasa malu, bersalah, dan lainnya. Keinginan kuat untuk memiliki anak, ditambah ketidakpastian hasil pengobatan, dapat menciptakan kondisi stres yang berkepanjangan. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika (APA), tingkat stres yang terkait dengan infertilitas bisa sama intensnya dengan yang dialami oleh penderita penyakit yang mengancam jiwa. Stres ini dapat memicu atau memperburuk kondisi kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, hingga gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
Tekanan sosial untuk memiliki anak, yang sering diperparah oleh harapan budaya atau keluarga, dapat memperkuat perasaan ketidakmampuan dan kegagalan. Khususnya bagi perempuan, mereka mungkin merasakan kehilangan yang mendalam atau berkabung, berjuang melawan stigma yang masih menyelimuti infertilitas di banyak komunitas. Hal ini sering kali menyebabkan isolasi sosial, karena individu mungkin menarik diri dari teman dan keluarga untuk menghindari pertanyaan tidak nyaman atau penilaian yang dirasakan.
Pengobatan Infertilitas dan Kesehatan Mental
Bagi banyak pasangan yang menghadapi infertilitas, perawatan seperti fertilisasi in vitro (IVF) memberikan harapan. Namun, perawatan ini juga bisa sangat menuntut, baik secara fisik maupun emosional. Proses ini sering kali melibatkan naik-turun emosi, dari optimisme saat memulai pengobatan hingga potensi patah hati akibat siklus yang gagal. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menyoroti bahwa beban emosional dari pengobatan kesuburan yang berulang dapat menurunkan kesehatan mental, dengan banyak pasien mengalami perasaan putus asa dan ketidakberdayaan.
Selain itu, beban finansial dari perawatan kesuburan dapat menambah stres, terutama jika tidak ada jaminan keberhasilan. Pemantauan yang terus-menerus, suntikan hormon, dan prosedur invasif bisa berdampak pada kedua pasangan, meningkatkan ketegangan dan konflik dalam hubungan.
Baca juga: Pria Bisa Mandul? Intip Beberapa Faktanya di Sini
Mengenali dan Mengatasi Beban Psikologis
Sangat penting bagi individu dan pasangan yang berjuang dengan infertilitas untuk mengenali dampak psikologisnya dan mencari dukungan. Perawatan kesehatan mental harus diintegrasikan ke dalam rencana pengobatan infertilitas, dengan profesional yang terlatih dalam psikologi reproduksi memberikan konseling dan dukungan selama proses ini.
Terapi dapat sangat bermanfaat dalam membantu individu menghadapi tantangan emosional akibat infertilitas. Terapi kognitif-perilaku (CBT) telah terbukti dapat mengurangi gejala depresi dan kecemasan pada mereka yang menjalani pengobatan kesuburan. Kelompok dukungan juga dapat menawarkan rasa kebersamaan dan pemahaman, memberikan ruang aman untuk berbagi pengalaman dan perasaan dengan mereka yang menghadapi perjuangan serupa.
Meningkatkan kesadaran tentang dampak kesehatan mental dari infertilitas adalah hal yang penting. Mengintegrasikan pendidikan tentang kesehatan mental dalam protokol pengobatan kesuburan dapat membantu menormalkan pengalaman ini dan mendorong pasien untuk mencari bantuan tanpa takut akan stigma. Profesional kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater, dapat berperan penting dalam memastikan bahwa dukungan kesehatan mental mudah diakses oleh semua individu yang menjalani pengobatan infertilitas.
Strategi Menghadapi Kesehatan Mental dan Infertilitas
- Mencari Bantuan Profesional: Pertimbangkan terapi atau konseling dengan profesional yang mengkhususkan diri dalam infertilitas dan kesehatan mental. Mereka dapat memberikan strategi penanganan yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik Anda.
- Membangun Sistem Dukungan: Kelilingi diri Anda dengan jaringan pendukung dari teman, keluarga, atau kelompok dukungan yang memahami apa yang sedang Anda alami.
- Teknik Relaksasi dan Mindfulness: Praktik seperti mindfulness, meditasi, atau yoga dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan ketahanan emosional selama masa-masa sulit.
- Komunikasi Terbuka: Mempertahankan komunikasi yang jujur dengan pasangan dapat membantu mengurangi ketegangan dalam hubungan dan memastikan bahwa kebutuhan emosional keduanya terpenuhi.
- Perawatan Diri: Prioritaskan perawatan diri dengan terlibat dalam aktivitas yang membawa kebahagiaan dan relaksasi, baik itu hobi, olahraga, atau sekadar meluangkan waktu untuk diri sendiri.
Baca juga: Pahami Penyebab Infertilitas Pada Pria dan Wanita Secara Lengkap Di Sini!
Infertilitas bukan hanya kondisi fisik; ini adalah perjalanan emosional yang dapat berdampak signifikan pada kesehatan mental. Dengan mengenali beban psikologis dan mencari dukungan yang tepat, individu dan pasangan dapat lebih baik menghadapi tantangan yang muncul akibat infertilitas. Inisiatif kesehatan masyarakat dan penyedia layanan kesehatan harus memprioritaskan kesehatan mental sebagai bagian integral dari pengobatan infertilitas, memastikan bahwa tidak ada yang menghadapi perjalanan ini sendirian. Ingatlah, mencari bantuan adalah tanda kekuatan, bukan kelemahan, dan merawat kesehatan mental Anda sama pentingnya dengan mengatasi aspek fisik dari infertilitas.
Untuk Anda yang masih dalam program kehamilan ataupun tengah mengalami permasalahan infertilias, Anda bisa konsultasikan dengan dokter-dokter kandungan profesional di Morula IVF Indonesia. Klinik fertilitas ini menawarkan konsultasi kandungan profesional dan komprehensif. Dengan pengalaman lebih dari 26 tahun, Morula IVF memiliki tim dokter spesialis yang berdedikasi untuk membantu pasangan untuk memiliki buah hati yang sehat. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi atau telusuri website resmi Morula IVF untuk menyampaikan pertanyaan maupun konsultasi.
Referensi:
- American Psychiatric Association. (n.d.). Infertility: The Impact of Stress and Mental Health. Diakses pada September 2024.
- Anxiety and Depression Association of America. (n.d.). Recognizing the Psychological Toll of Infertility. Diakses pada September 2024.
- American College of Obstetricians and Gynecologists. (n.d.). What I Tell My Patients About Mental Health and Infertility. Diakses pada September 2024.
- Society for Women’s Health Research. (n.d.). A Focus on Mental Health and Infertility in Women. Diakses pada September 2024.